Curhatan Teman

 

Di zaman sekarang ini menemui kenyataan ada banyak bunda bekerja demi membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sudah bukan hal yang aneh lagi. Meski bagi beberapa pihak, hal ini masih menuai pendapat  pro dan kontra. Beberapa dari mereka yang tak sependapat beranggapan bahwa seorang istri itu tugasnya hanya di rumah: mengasuh anak, mengurus rumah tangga, dan tentu suaminya.

 

Namun di kesempatan kali ini saya tidak ingin membahas mengenai pro dan kontra mengenai wanita bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Selain karena hukum secara agama sudah jelas, saya sendiri merasa ini adalah merupakan ranah pribadi dan tanggung jawab masing-masing.

 

Beberapa saat yang lalu, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan salah seorang teman satu kantor saat masih aktif bekerja dulu, sebut saja namanya Bunga.

 

Eh... duh kok rasanya seperti sedang membaca berita di tabloid kriminal sih, 😄. Ya sudah biar tidak sama, namanya saya ganti menjadi Diah saja ya.

 

Oke  sekarang kita ulangi lagi kalimatnya dari awal biar enak.

 

Beberapa saat yang lalu, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan salah seorang teman satu kantor saat masih aktif bekerja dulu, sebut saja namanya Diah. Sekarang ini Diah sedang galau, persis seperti cuaca akhir-akhir ini.

 

Dikarenakan semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengawal dan mengawasi ketiga buah hatinya yang harus menjalani sekolah secara daring, bang Jaya - suaminya - meminta keikhlasan Diah untuk berhenti bekerja saja. Pada dasarnya sih Diah setuju dengan usulan yang diajukan oleh bang Jaya, namun ada sedikit ganjalan di benaknya, yang akhirnya dia tumpahkan pada saat berjumpa kemarin.

 

Sebenarnya unek-uneknya sederhana sih, cuma bagi Diah yang terbiasa menjalani hari dengan segudang aktivitas, wajar jika timbul kecemasan. Takut bosan karena diam di rumah terus, khawatir akan posisi eksistensi dirinya secara sosial, dan resah akan jenis kegiatan yang dapat dilakukan setelah tidak bekerja lagi.

 

Alhamdulillah karena aku sudah lebih senior nge-rumah-nya dibanding dirinya yang masih di tahapan wanna be, maka aku bisa sharing banyak hal kepadanya.

 

Pada dasarnya, ada banyak sekali kegiatan yang bisa dikerjakan di rumah, sehingga bagi siapa saja  yang ingin berhenti bekerja namun takut kebanyakan menganggur, duh sungguh itu adalah sebuah ketakutan yang berlebihan. Sungguh sejatinya yang namanya pekerjaan rumah itu nggak ada habisnya, Waktu 24 jam itu rasanya nggak akan cukup.

 

Bagi aku pribadi pekerjaan rumah itu ada dua jenis, yaitu pekerjaan rutin mulia dan pekerjaan tidak rutin yang juga mulia 😄.

 

Pekerjaan rutin mulia itu meliputi semua pekerjaan ibu rumah tangga pada umumnya seperti, memasak, mencuci baju, menyetlika, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Bagi sebagian ibu rumah tangga yang cukup beruntung, biasanya entah semua atau sebagian dari pekerjaan ini mendapatkan bantuan dari asisten rumah tangga yang disewanya.

 

Lalu ada juga pekerjaan tidak rutin yang juga mulia. Apa sajakah itu? Ya semua pekerjaan di luar aktivitas rutin di atas. Misalkan aktif di majelis taklim di wilayah tempat tinggalnya, bergabung dalam kegiatan komite dimana anak-anak  kita sedang menimba ilmu, atau meningkatkan life skill melalui kursus-kursus yang ada, dan kegiatan lain sejenis.

 

Ah tapi semua kegiatan itu kan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan rumah tangga, lalu bagaimana bisa mulia?

 

Nah untuk bagian yang itu jawabannya ada di dalam surat An-Nahl ayat 97 yang bunyi dan artinya sebagai berikut.

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً

(Man 'amila ṣāliḥam min żakarin au unṡā wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah)

Artinya: "barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik..."

 

Masyaa Allah Alhamdulillah, ternyata sungguh Maha Adil, Allah SWT itu ya. Entah kita bekerja di luar rumah maupun bekerja sebagai IRT, potensi kebaikannya tetap sama. Asalkan semua dikerjakan dengan niat yang lurus, dan atas izin suami lho ya.

 

Alhamdulillah setelah kita banyak mengobrol, Diah sepertinya cukup mendapatkan gambaran, dan mampu menekan rasa khawatirnya. Semoga apapun yang akan menjadi pilihannya nanti, itu menjadi sebuah keputusan yang baik bagi diri dan keluarganya, lahir batin dunia akhirat. Aamiin.

 

 

 

 

 

 

Postingan Populer