Toples, pare dan hujan

Akhir-akhir ini hujannya gak menentu..persis seperti lagu tempoe doeloe.
...kau datang dan pergi sesuka hatimuuuuu oooooouu..kejamnya dikau...teganya dikau..padaku...

Sinyal hujan yang tak menentu begini seperti sengaja memahami hatiku yang sedang gulana menjelang berakhirnya libur panjang plus lebaran. Entar Minggu si sulung  sudah balik ke Malang. Setelah itu my beibeb montok pergi jihad sampai dua minggu ke depan. 
Trus si nomer dua juga mulai masuk sekolah di Malang......sehingga aku hanya tinggal bertiga dengan NaDa. Itupun Nadia karena sudah memasuki jenjang sekolah yang sebenarnya sehingga tidak mudahlah untuk diajak ijin ini itu sekedar nemanin maknya beli pentol kenyot.

Rasanya udah kebayang pasti hati dan jiwaku saat itu akan membiru lebih biru daripada lautan biru yang terdalam sekalipun. Akan menjadi lebam lebih lebam dari luka ketatap tembok paling keras sekalipun.

Jadi ingat pas pertama kali melepas si sulung dulu. Rasanya seperti kucing yang patah hati. Ngapa-ngapain gak enak. Kupikir karena ini pengalaman kedua, mestinya lebih mudah menata perasaan ini..ternyata ya enggak juga.

Besok aku pengin nyegat abang sayur ah kalo gitu...mau beli pare..
Ingin curhat tentang pahitnya kehidupan di sesi ini uhuk..uhuk..

Oiya...terakhir, mungkin ada yang tanya apa hubungannya isi tulisan ini dengan fotonya yang nggambarin tentang toples lebaran?

Gak ada memang.

Kan suka-suka aja ya mo uplot foto apaan. 
Kebetulan yang gak nolak difoto di rumah cuma toples itu beserta isinya pastinya.

Selamat malam semua.




(foto koleksi pribadi)

Postingan Populer