Curhatan emak

Beberapa hari lalu dapat foto ini dari timeline wali kelas anakku. 
Foto ini diambil pada saat acara supercamp di Cuban Rondo. 
Dia terlihat sehat. Alhamdulillah. 
Untuk sementara bisa sebagai penghilang rasa kangen.

Tidak terasa ...eh terasa juga sih...sudah hampir dua tahun ini sulungku hidup berpisah dengan keluarga. Daaaaan....sebentar lagi adiknya yang kelas 6 akan menyusul kakaknya mondok.
Jreng ..jreeeeng...

Ingatanku jadi langsung ambil sign untuk putar balik masuk time machine ke bulan2 ini dua tahun yang lalu. Bulan2 yang amat sangat mengharu biru, mengaduk dan menyengat hati. 
Rasanya itu seperti terkena lelehan lilin tahu gak siiih....
Mak clemot. 
Dan itu berlangsung terus setiap kali ingat dia. 
Rasa gelisah yang ditimbulkannya seperti kucing yang sedang jatuh cinta tapi gak boleh keluar Rumah. Meang meong maju mundur maju mundur.. ...cantik...cantik...hihi.

Dengan rasa seperti itu ada lho yang tega bilang kalo mondokin anak itu karena ortu gak mau repot ngopeni anak...atau yang sok menggurui bilang ..lho ntar yang dihisab kan ortunya bukan Ustad atau ustazahnya. Bagaikan ditimpuk rombong bakso tahu gak dengernya. 

Hembooook...ngos-ngosan menekan hati ini biar gak keluar dari raga pengin pake sarung trus nemuin orang yang bilang trus nyubit itu  bibirnya Cetiiit.....

Heloooooo.....
Tak bilangin yaaa. 
Mondokin Anak tuh hanya ikhtiar aku sebagai seorang ibu akhir jaman untuk menjaga amanah dari Allah. 
Kenapa musti mondok? 
Karena aku sadar...ilmuku amat sangat rendah dan gak akan mampu meluruskan anak di sepanjang waktu. Memang sih di pondok juga belum terjamin anak akan menjadi "seseorang" yang akan menyelamatkan agama dan umatnya. 
Tapi pemikiranku sederhana saja..seorang petani yang baik bila ingin tanamannya tumbuh baik maka dia pasti akan menanam tanamannya di media tanam yang baik pula. Setiap Kali ada tumbuhan liar yang tumbuh di sela-selanya pasti akan dicabut biar tidak mengganggu perkembangannya. 

Entar pas panen sang petani bisa tersenyum lebar berterima kasih pada Allah atas hasil yang memuaskan. Dan bila ternyata hasilnya jelek atau terkena hama maka tetap bersangka baik terhadap semua ketetapanNya.

Berbahagialah wahai orang tua yang yakin dan terbukti memang bisa menjaga amanah tanpa susah-susah mondokin anak. Setiap hari berkesempatan menatapnya dan merawatnya. Itu suatu anugrah yang luar biasa dari Allah....amat sangat salut aku bila mendengar cerita seperti itu. Apalagi di jaman yang semuanya bisa menjadi fitnah. Melihat perkembangan anak setiap waktu...selalu bersama...itu benar2 anugrah besar.

Tidak perlu memendam rindu...
Tidak perlu gelisah ingin tahu sedang apa ananda saat ini...
Tidak perlu cemas saat ananda telpon dan bilang sedang tidak enak badan...
Tidak perlu membagi hati dengan raga tetap di tempat biar anak2 yang lainnya tidak merasa diabaikan... .
Tidak perlu repot packing setiap bulan buat pergi nengokin ananda...
Tidak perlu repot2 menempuh jarak 80 km lebih malam2 karena tiba2 ananda lebay mengabarkan sesuatu dan kita tidak bersabar atasnya...
Tidak perlu pusing pala berbi ketika ananda dapat warning tentang hafalan dan nilainya yang turun kayak roller coaster....
Tidak perlu merasakan makan garpu yang diblender setiap kali makan makanan kesukaaan ananda sedang ananda tidak bersama kita saat itu....
Tidak perlu bingung nyembuiin mata yang merana karena semalam tiba2 memompa airnya karena kangen ananda....
Tidak perlu ada rasa bersalah saat kita rekreasi dengan anggota keluarga lain tanpa ananda....
dan tidak tidak yang lainnya.. 
Tapi Alhamdulillah...seiring dengan berlalunya waktu...hati ini bisa belajar lebih sabar. 
Semoga istiqomah karena masih ada 3 anak lain yang sedang menuju proses itu. 
Aamiin.

Home sweet home
18 Mei 2016



( Foto koleksi pribadi )

Postingan Populer